Selasa, 06 September 2011

Demokrasi dan Kekinian Dakwah (Resensi Buku ‘Menikmati Demokrasi’)


                Yang kemudian harus kita lakukan adalah bagaimana mengintegrasikan kebenaran dengan legalitas. Bagaimana membuat sesuatu yang salah dalam pandangan agama menjadi tidak legal dalam pandangan hukum positif.
 (Anis Matta dalam bukunya “Menikmati Demokrasi”)
                Adalah orang –orang besar yang berani bermimpi besar dan mengeksekusi mimpi-mimpi tersebut dalam kerja-kerja besar demi terciptanya sebuah Perdaban Besar . Dan membangun sebuah kehidupan yang islami adalah proyek Peradaban Besar itu. Proyek ini bertujuan untuk merekonstruksi pemikiran dan kepribadian manusia muslim agar berpikir, merasa, dan bertindak sesuai dengan keinginan Allah swt. Lalu membawa manusia muslim tersebut ke dalam dunia nyata agar mampu memformulasikan seluruh sector kehidupannya, meliputi social, politik, pendidikan, hukum dan seluruhnya sesuai dengan kehendak Allah swt. Proyek peradaban ini kelak bertujuan agar kelak manusia-manusia muslim tersebut tumbuh untuk menebarkan wangi bunga-bunga hidayah kepada seluruh umat manusia di dunia ini. Dimana kelak kebenaran, kebaikan, dan keindahan tumbuh bersemi dan menjadi saksi sejarah kemanusiaan.
                Proyek peradaban tersebut memiliki 4 tahapan pekerjaan dakwah antara lain pertama, membangun sebuah organisasi yang kuat dan solid untuk mengoperasikan dakwah ini. Disebut juga mihwar tandzhimi . organisasi ini harus demikian kuat agar mampu menanggung beban dakwah yang berat. Kekuatan itu diperoleh dari orang-orang yang mengisi organisasi tersebut. Mereka tangguh dalam seluruh aspek kepribadian dan mampu menghadapi tantangan zaman. Untuk membentuk karakter yang kuat tersebut diperlukan proses pembinaan dan kaderisasi yang sistematis, integral, dan dalam waktu yang relative panjang.
                Tahapan kedua, membangun basis social yang luas dan merata sebagai kekuatan pendukung dakwah. Disebut juga mihwar sya’bi. Basis social ini bersifat massif dan terbuka. Tujuan dari tahapan ini adalah terbentuknya opini publik yang islami struktur budaya dan adab-adab social yang islami, sertaa dominasi figure dan tokoh islam di masyarakat.
                Tahap ketiga, yaitu membangun berbagai institusi untuk mewadahi pekerjaan-pekerjaan dakwah di seluruh sector kehidupan dan seluruh segmen masyarakat. Disebut juga mihwar Muassasi. Di sini dakwah memasuki wilayah pekerjaan yang luas dan rumit. Dimana dakwah harus memiliki bermacam-macam institusi di berbagai bidang, mulai dari social, ekonomi, politik, budaya, serta militer. Kader-kader yang telah dihasilkan pada tahapan sebelumnya berguna untuk memasuki berbagai institusi yang ada. Kader-kader dakwah tersebut harus mampu mengisi berbagai struktur yang ada: legislative, eksekutif, dan yudikatif. Basis institusi ini kelak akan berguna untuk member I legalitas politik terhadap opini publik.
                Tahap terakhir dakwah haruslah sampai pada institusi negara. Institusi negara ini dibutuhkan untuk merealisasikan secara legal dan sah seluruh kehendak Allah swt. dalam kehidupan masyarakat. Disebut juga mihwar daulah. Melalui institusi negara itulah dakwah akan berbicara seperti yang Rasul saw katakana pada Heraclius “masuklah ke dalam Islam supaya kamu selamat!”.
Partisipasi politik di alam demokrasi, seperti yang saat ini kita lakukan, disamping mempunyai akar kebenaran dalam referensi islam, juga punya makna strategis bagi proyek peradaban kita: bahwa ini adalah upaya meretas jalan bagi umat secara aman dan bebas untuk membangun dirinya, bahkan memiliki dunianya sendiri.
                Dengan statemen –statemen Anis Matta dalam bukunya tersebut jelaslah bahwa tidak lagi ada hal yang mesti diperdebatkan mengapa pada akhirnya kita menggunakan dan menikmati demokrasi ini. Di alam demokrasi segala sesuatu dapat terjadi. Kebebasan begitu didewakan. Tidak ada hal yang patut ditakutkan, sekalipun orang berbuat keburukan. Pertanyaannya akankah kita diam saja melihat orang-orang yang menikmati demokrasi secara tidak benar  sementara umat sejujurnya demikian mendamba kebaikan dan kebenaran tertegak di bumi Indonesia ini. Dan mungkin inilah jawabannya, kita mau tidak mau, suka atau tidak suka haruslah menjadi bagian dari demokrasi yang benar, yang layak, dan berkomitmen untuk memperbaiki keadaan umat ini. Seperti pernyataan di awal tulisan ini mengintegrasikan kebenaran dengan legalitas.
Wallahua’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar