Rabu, 14 September 2011

Sebuah Strategi Dan Perjuangan Politik Nabi Saw. (Resensi Buku Manhaj Haraki)


Kita percaya bahwa sejarah bukan hanya cerita tentang serpihan peristiwa masa lalu, namun rangkaian kehidupan umat manusia itu juga memberikan pelajaran tak terperi pada bangsa-bangsa yang datang sesudahnya. Bila al-Qur'an banyak berkisah tentang umat-umat masa lalu, dan hadits pun banyak merekam beragam peristiwa penting dalam perjuangan Islam, maka semua itu cukup menjadi landasan bagi kita untuk memberikan porsi kajian yang besar pada sirah , lebih-lebih sirah nabawiyah (narasi kehidupan Nabi).
Manhaj Haraki adalah salah satu ‘kitab’ penting pelecut semangat generasi pergerakan kontemporer.  Buku ini memberikan jawaban tentang pendekatan ideal yang dapat diterapkan Harakah Islam Kontemporer dalam kondisi kekinian.  Oleh karena itu ruh yang ada di dalam buku ini juga dapat merasuki ruh-ruh da’i pergerakan masa kini.
ketika banyak buku-buku shirah bermunculan, buku ini dapat menjadi rujukan utama karena tak banyak, Di sinilah peran penting yang dimainkan buku sebesar Manhaj Haraki ini. Sejarah yang ditulis da'i mujahid ini menampilkan sosok yang jauh berbeda dengan para penulis “ilmiah” pada umumnya. Penghayatan terhadap ruhul jihad dalam kehidupan Rasulullah merupakan modal utamanya. Hal ini karena mereka berada pada satu alur yang sama dengan Rasulullah, yaitu harakah dan dakwah. Maka penggambaran yang mereka sajikan bukan lagi masalah kronologis belaka, tetapi sudah masuk pada isi pembahasan yang mengasyikkan dan sangat bermanfaat bagi dakwah dan pergerakan.
Dalam jilid pertama buku ini, ada empat periode yang dibahas tuntas oleh Munir Muhammad Ghadban. Pertama, periode berdakwah secara sembunyi-sembunyi dan merahasiakan struktur organisasi. Kedua, berdakwah secara terang-terangan dan (tetap) merahasiakan struktur organisasi. Ketiga, mendirikan negara. Keempat, negara dan penguatan pilar-pilarnya.
Ketika banyak pergerakan Islam kontemporer layu sebelum berkembang, tumbang dan berguguran, buku ini insya Allah memberikan suntikan energi yang dahsyat sekali. Harus diakui, kitab ini menjadi bacaan ‘wajib' bagi pada aktivis da‘wah dan Harakah Islam, serta para peminat sejarah Islam. Juga menjadi bacaan yang bermutu bagi kaum muslimin pada umumnya. Karena kitab ini nyaris sempurna dalam mengupas dan merunut manhaj haraki atau langkah-langkah terprogram yang ditempuh Nabi saw. dalam gerakan dakwahnya, sejak kenabiannya sampai berpulang kepada Allah.
Jika kita ingin agar gerakan Islam yang kita lakukan berjalan secara benar, maka kita harus melacak tahapan-tahapan pergerakan Rasulullah langkah demi langkah serta mengikuti langkah-langkah tersebut. Allah berfirman: “Sesungguh-nya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat” (al-Ahzab: 21).
Dan buku ini adalah jawabannya. Wallahua’lam.





Berpikirlah Besar Maka Kau Pun Akan Menjadi Orang Besar (Resensi Buku Berpikir Dan Berjiwa Besar)


Kita semua adalah produk di cara berpikir di sekeliling kita. Buku ini ingin menjelaskan tentang tema besar tersebut. Apabila kita berpikir besar maka kita pun akan menjadi sesuatu yang besar dan bernilai lebih. Tetapi, apabila kita terus-menerus terkungkung dalam pemikiran keterpurukan, kecil, atau tidak berarti maka selamanya kita akan menjadi orang yang tidak berarti. Mengapa bisa se-dahsyat itu? Buku ini jawabannya.
David J. Schwartz menjelaskan dalam buku ini tentang beragam gagasany ang realistis dan praktis agar dapat mengendalikan kekuatan hebat dari berpikir besar. Dari berpikir besar tersebut tentunya akan mendatangkan sesuatu hal terbaik dalam kehidupan manusia yang seringkali diidam-idamkan sejak lama. Cara berpikir seseorang akan sangat berpengaruh terhadap cara ia bertindak. Dan dari tindakan itulah akan menimbulkan reaksi orang lain terhadap dirinya. Apabila orang tersebut sudah memiliki tindakan yang baik, tentunya akan ada reaksi positif yang juga ditunjukkan orang lain kepadanya.
Buku ini banyak memaparkan tentang cara menyembuhkan penyakit kegagalan dan merubahnya menjadi energy positif untuk senantiasa berusaha kembali dan kembali. Dengan berpikir besar, manusia akan selalu berpikir bahwa sekecil apapun hal yang ia lakukan tetaplah bernilai penting di benaknya. Sehingga, ia akan berusaha keras melakukan yang terbaik dan berusaha mendapat hasil yang terbaik. Dengan usaha-usaha tersebut tidaklah menutup kemungkinan orang tersebut dapat menjadi pribadi besar yang senantiasa menghargai setiap pekerjaannya dan orang lain pun akan menghargai setiap pekerjannya.
Kadangkala ada permasalahan bahwa manusia yang merasa dirinya bukan sebagai orang penting dalam kehidupannya maka ia akan berpikir sesuatu hal yang tidak penting pula. Oleh karena itu, untuk menjadi orang besar maka biasakan dan anggap diri pribadi sebagai orang penting. Dengan demikian, ia akan merasa bahwa dengan berpikir penting ia juga akan berbuat sesuatu hal yang ia rasa juga penting. Oleh karena itu belajarlah menjadi orang biasa yang berpikiran penting.
Yang harus ditanamkan, bahwa pikiran akan selalu selaras dengan sikap. Apabila kita berpikir besar tentunya sikap-sikap kita selayaknya seperti orang-orang besar yang punya rasa tanggung jawab serta keinginan untuk menjadi yang terbaik. Dalam segi ini dapat diambil sisi positifnya, bahwa setiap manusia sebenarnya memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi orang-orang yang besar lewat karakter pkiran dan sikap yang dapat ia bangun sendiri.

Kembali Kepada Keutuhan Islam (Resensi Buku Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin)


“dan masa (kekayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran).” (Ali Imran: 140)
            Saat ini umat islam telah mengalami sejarahnya yang panjang dengan kebangkitan dan kemunduran yang dating silih berganti. Ini merupakan sunatullah yang tidak bisa ditawar-tawar.  Pada setiap kurun yang dilalui umat ini, kita dapat melihat adanya krisis pada aspek-aspek tertentu dari kehidupannya. Krisis ini kemudian memunculkan adanya gerakan-gerakan pembaharuan. Fenomena tersebut kemudian melahirkan tokoh-tokoh ulama, mujahid, atau ulama mujahid dengan karya-karya amal maupun karya tulisnya yang khas.
            Saat ini di era pembaharuan, umat islam sendiri tidak luput dari beragam permasalahan yang ada. Krisis yang terjadi di tengah-tengah umat kini telah menyebar ke berbagai aspek kehidupan. Hamper semua segi kehidupan kaum muslimin mengalami kemunduran. Lihatlah ketika politik kita saat ini terjajah dengan tidak memiliki daulah islamiyah yang mampu mengayomi rakyatnya. Ekonomi yang termarjinalkan, masalah pendidikan dan ilmu pengetahuan yang tertinggal, juga pada bidang-bidang lainnya.
            Lantas dengan permasalahan-permasalahan tersebut tentunya ada suatu keinginan dari masyarakat muslim itu sendiri. Dan inilah peran yang coba dimunculkan oleh Jamaah Ikhwanul Muslimin. Jamaah ini tampil dengan melontarkan isu perbaikan “kembali pada Keutuhan Islam”. Lewat buku ini, yang merupakan hasil dari surat, makalah, dan transkrip pidato Hasan Al-Banna , dijelaskan dan dipaparkan mengenai karakter pergerakan jamaah ini dalam memahami dan memberikan solusi dari berbagai permasalahan umat saat ini.
Buku berjudul “Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin” ini mencoba memahamkan karakter dakwah Ikhwanul Muslimin yang ingin menanamkan keyakinan terhadap islam secara integral dan komprehensif. Islam sebagai suatu system nilai yang mengatur hidup dan kehidupan manusia dalam segala aspeknya, bukan islam yang dipandang sebagai symbol atau ritual peribadatan semata.
Dalam buku ini dijelaskan mengenai karakter dakwah Ikhwanul Muslimin yang meliputi keterusterangan, kesucian, kasih sayang, hingga Islam kami. Kemudian dalam buku ini juga menerangkan tentang sikap Ikhwanul Muslimin terhadap berbagai ideologi yang ada dewasa kini. Seperti Nasionalisme dan Kebangsaan.
Dalam menghadapi berbagai persoalan umat yang kompleks tentunya ada banyak hal dan aspek yang harus disiapkan. Hasan Al-Banna dalam buku ini juga menyeru kepada para pemuda dan mahasiswa untuk memiliki karakter  dan pola piker islam yang baik, sehingga pemuda yang diharapkan kelak menjadi generasi penerus akan sanggup menanggung beban amanah serta menyelesaikan beragam persoalan yang ada.
Mengapa harus pemuda? Hasan Al-Banna menjelaskan dalam bukunya bahwa pemuda merupakan pilar kebangkitan. Dalam sebauh kebangkitan, pemuda merupakan rahasia kekuatannya.
“sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk” (Al-Kahfi:13).
Pemuda diharapkan memiliki kemampuan untuk menyebarkan fikrah islam yang baik dan benar. Pemuda islam harus merasa yakin akan eksistensi mereka dan percaya bahwa generasinya akan menjadi pewaris kekuasaan dunia. Pemuda akan menjadi guru-guru terbaik bagi dunia.
Kepada para pemuda
Yang merindukan lahirnya kejayaan…
Kepada umat yang tengah kebingungan di persimpangan jalan…
Kepada para pewaris peradaban yang kaya raya,
Yang telah menggoreskan catatan membanggakan
Di lembar sejarah umat manusia…
Kepada setiap muslim
Yang yakin akan masa depan dirinya
Sebagai pemimpin dunia dan peraih kebahagiaan
Di kampung akhirat…
Kepada mereka semua
Kami persembahkan risalah ini
(Hasan Al-Banna dalam buku Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin)

Selasa, 06 September 2011

Demokrasi dan Kekinian Dakwah (Resensi Buku ‘Menikmati Demokrasi’)


                Yang kemudian harus kita lakukan adalah bagaimana mengintegrasikan kebenaran dengan legalitas. Bagaimana membuat sesuatu yang salah dalam pandangan agama menjadi tidak legal dalam pandangan hukum positif.
 (Anis Matta dalam bukunya “Menikmati Demokrasi”)
                Adalah orang –orang besar yang berani bermimpi besar dan mengeksekusi mimpi-mimpi tersebut dalam kerja-kerja besar demi terciptanya sebuah Perdaban Besar . Dan membangun sebuah kehidupan yang islami adalah proyek Peradaban Besar itu. Proyek ini bertujuan untuk merekonstruksi pemikiran dan kepribadian manusia muslim agar berpikir, merasa, dan bertindak sesuai dengan keinginan Allah swt. Lalu membawa manusia muslim tersebut ke dalam dunia nyata agar mampu memformulasikan seluruh sector kehidupannya, meliputi social, politik, pendidikan, hukum dan seluruhnya sesuai dengan kehendak Allah swt. Proyek peradaban ini kelak bertujuan agar kelak manusia-manusia muslim tersebut tumbuh untuk menebarkan wangi bunga-bunga hidayah kepada seluruh umat manusia di dunia ini. Dimana kelak kebenaran, kebaikan, dan keindahan tumbuh bersemi dan menjadi saksi sejarah kemanusiaan.
                Proyek peradaban tersebut memiliki 4 tahapan pekerjaan dakwah antara lain pertama, membangun sebuah organisasi yang kuat dan solid untuk mengoperasikan dakwah ini. Disebut juga mihwar tandzhimi . organisasi ini harus demikian kuat agar mampu menanggung beban dakwah yang berat. Kekuatan itu diperoleh dari orang-orang yang mengisi organisasi tersebut. Mereka tangguh dalam seluruh aspek kepribadian dan mampu menghadapi tantangan zaman. Untuk membentuk karakter yang kuat tersebut diperlukan proses pembinaan dan kaderisasi yang sistematis, integral, dan dalam waktu yang relative panjang.
                Tahapan kedua, membangun basis social yang luas dan merata sebagai kekuatan pendukung dakwah. Disebut juga mihwar sya’bi. Basis social ini bersifat massif dan terbuka. Tujuan dari tahapan ini adalah terbentuknya opini publik yang islami struktur budaya dan adab-adab social yang islami, sertaa dominasi figure dan tokoh islam di masyarakat.
                Tahap ketiga, yaitu membangun berbagai institusi untuk mewadahi pekerjaan-pekerjaan dakwah di seluruh sector kehidupan dan seluruh segmen masyarakat. Disebut juga mihwar Muassasi. Di sini dakwah memasuki wilayah pekerjaan yang luas dan rumit. Dimana dakwah harus memiliki bermacam-macam institusi di berbagai bidang, mulai dari social, ekonomi, politik, budaya, serta militer. Kader-kader yang telah dihasilkan pada tahapan sebelumnya berguna untuk memasuki berbagai institusi yang ada. Kader-kader dakwah tersebut harus mampu mengisi berbagai struktur yang ada: legislative, eksekutif, dan yudikatif. Basis institusi ini kelak akan berguna untuk member I legalitas politik terhadap opini publik.
                Tahap terakhir dakwah haruslah sampai pada institusi negara. Institusi negara ini dibutuhkan untuk merealisasikan secara legal dan sah seluruh kehendak Allah swt. dalam kehidupan masyarakat. Disebut juga mihwar daulah. Melalui institusi negara itulah dakwah akan berbicara seperti yang Rasul saw katakana pada Heraclius “masuklah ke dalam Islam supaya kamu selamat!”.
Partisipasi politik di alam demokrasi, seperti yang saat ini kita lakukan, disamping mempunyai akar kebenaran dalam referensi islam, juga punya makna strategis bagi proyek peradaban kita: bahwa ini adalah upaya meretas jalan bagi umat secara aman dan bebas untuk membangun dirinya, bahkan memiliki dunianya sendiri.
                Dengan statemen –statemen Anis Matta dalam bukunya tersebut jelaslah bahwa tidak lagi ada hal yang mesti diperdebatkan mengapa pada akhirnya kita menggunakan dan menikmati demokrasi ini. Di alam demokrasi segala sesuatu dapat terjadi. Kebebasan begitu didewakan. Tidak ada hal yang patut ditakutkan, sekalipun orang berbuat keburukan. Pertanyaannya akankah kita diam saja melihat orang-orang yang menikmati demokrasi secara tidak benar  sementara umat sejujurnya demikian mendamba kebaikan dan kebenaran tertegak di bumi Indonesia ini. Dan mungkin inilah jawabannya, kita mau tidak mau, suka atau tidak suka haruslah menjadi bagian dari demokrasi yang benar, yang layak, dan berkomitmen untuk memperbaiki keadaan umat ini. Seperti pernyataan di awal tulisan ini mengintegrasikan kebenaran dengan legalitas.
Wallahua’lam.