Senin, 21 November 2011

Tentang Kita


Agustus 2009 adalah awal kita jumpa. Tapi tak langsung bertemu antara sesama. Dan biarlah sang waktu yang menjawab seberapa kuat Rabithah mengikat kita.
            Adalah dakwah namanya bila memiliki 3 karakteristik: panjang jalannya, sulit dan penuh pengorbanan di dalamnya, dan sedikit pengikutnya. Lalu kita belajar tentang semua itu. Aku, kamu, dan mereka adalah ‘pengambil resiko’ itu. Tapi ingin sekali kuyakinkan pada kalian, bahwa memang bukan kita yang memilih jalan ini, melainkan jalan ini yang telah memilih kita.
            Dan 2 tahun mungkin adalah waktu yang cukup untuk mengukur niatan-niatan di hati-hati kita. Dahulu yang begitu lugu kita menuruti kemauan kakak-kakak tingkat kita (mungkin ada juga keinginan-keinginan kita sendiri) untuk mau bersusah-susah ikut DM 1 KAMMI. Training pertama di awal perkuliahan kita. Wallahua’lam seperti apa di benak-benak kalian tentang KAMMI itu sendiri. Tapi aku punya cerita indah lewat KAMMI.
            Mengapa harus KAMMI? Mungkin memang fakultas-lah yang terlebih dahulu mengenalkan kita satu sama lain. Namun di KAMMI (tepatnya saat DM1) aku merasa ikatan kita diperkuat. Lewat pertanyaan yang terlontar, berapa jumlah antum? Hendak apa antum di sini? Apa modal antum? Dan tentang kesiapan-kesiapan kita dalam misi dakwah yang sebelumnya telah direcoki pada kita (masih ingat materi-materi DM1 kita?). juga tentang ikrar kita dengan cucuran air mata tak berhenti.
            Jika ada seribu orang yang berjihad di jalan Allah, maka salah satunya adalah aku
            Jika ada seratus orang yang berjihad di jalan Allah, maka salah satunya adalah aku
            Jika ada sepuluh orang yang berjihad di jalan Allah, maka salah satunya adalah aku
            Jika hanya ada satu orang yang berjihad di jalan Allah, maka itu adalah aku
            Dan jika tidak ada lagi yang berjihad di jalan Allah, maka saksikanlah bahwa aku telah syahid
(pagi hari di salah satu hutan di Kiara Payung)
            Gemakanlah ikrar tersebut di relung-relung hati kita wahai sahabat. Jalan ini masih sangat panjang. Tak memandang seberapa pun keletihan kita yang teramat sangat. Benarlah perkataan bahwa istirahatnya seorang mukmin adalah kelak di Jannah-Nya.
            Bila ternyata kesibukan kita telah menjelma nyata di antara hari-hari kalian, aku tahu kita teramat lelah, tertekan, menggalau dsb. Karena akupun merasakan hal yang sama persis atau bahkan lebih. Namun di sinilah kita saat ini, masih selalu bersama. Menguatkan semangat yang memudar, meluruskan niat-niat yang berbelok, atau sekedar berbagi senyum indah untuk kebahagiaan di antara kita.
            Lalu, apabila ternyata kita sudah teramat lelah, atau jenuh dengan keadaan. Maka berhentilah sejenak, bukan berhenti untuk selamanya. Berhentilah untuk kembali merenung, berkontemplasi terhadap apa yang tengah kita lakukan saat ini. Membenahi keadaan hati kita, menguatkan kembali pundak-pundak kita, dan mempersiapkan bekal-bekal kita untuk kemudian melanjutkan perjuangan ini.
            “mereka mempunyai mimpi-mimpi besar, tetapi pikiran mereka tercurahkan sepenuhnya pada kerja. Sesekali mereka menatap ke langit untuk menyegarkan ingatan pada misi besar mereka. Namujn setelah itu mereka menyeka keringat da bekerja kembali” (Anis Matta)
            Tak inginkah kita seperti mereka sahabatku? Aku yakin kita juga adalah para pemimpi besar itu. Mimpi tentang peradaban besar kejayaan islam. Dan itu tidaklah hanya sekedar mimpi, karena saat ini, disini kita tengah menjadi bagian dari motor-motor penggerak terwujudnya mimpi-mimpi besar itu.
            Maka dipenghujung tulisan ini, yang ingin kukatakan adalah, bahwa aku senantiasa bangga pada kerja-kerja nyata yang telah kita lakukan. Biarlah pedih itu, sakit itu, lelah itu, berat itu, Allah saja yang menggantinya dengan pengganti yang jauh lebih baik daripada dunia dan seisinya, yaitu jannah-Nya. Dan semoga Allah pun ridha dengan semuanya. Ammiin..

Kembali menguatkan Rabithah di antara kita –Mumtaz’11

2 komentar: